Laman

Minggu, 05 Juni 2011

Main Balon Sabun yuk....


Hayo sapa yang nggak pernah maen balon sabun?

Aku tanya begitu karena hampir semua anak Indonesia
pernah main balon sabun (bubble soap), ya nggak?

Waktu sd aku bikinnya dari sabun colek dilarutin ke air.
Tapi niupnya pake batang daun pepaya , jadi hasilnya lebih gede dari pada pakai sedotan...hahahaha....

Tapi sayang balonnya nggak tahan lama, tapi nggak papa yang penting happy.....

Nah baru kali ini aku sempat browsing  gimana cara bikin balon sabun yang tahan lama.cekidot =>


1. Balon sabun adalah film tipis dari air sabun dengan permukaan
warna-warni. Balon sabun biasanya cuma bertahan beberapa detik kemudian buyar sendiri atau karena menyentuh benda lain. Kulit balon sabun terdiri dari lapisan tipis air yang terjebak di antara dua lapisan molekul, biasanya sabun. Balon sabun terbentuk karena permukaan cairan (biasanya air) memiliki tegangan permukaan, yang menyebabkan lapisan itu elastis. Namun balon yang dibentuk dari cairan saja tidak stabil dan sabun biasa dilarutkan di dalamnya untuk membuat balon stabil.

Balon sabun yang ditiupkan di udara dengan suhu di bawah −15 °C akan membeku ketika menyentuh sebuah permukaan. Udara di dalamnya akan keluar secara perlahan melalui proses difusi, sehingga akhirnya balon tersebut menciut. Pada suhu di bawah −25 °C, balon akan membeku di udara dan dapat pecah ketika jatuh ke tanah.

Berikut ini ada cara membuat balon sabun  berwarna pink atau biru dengan menggunakan tinta yang mudah dihapus sehingga tidak meninggalkan bekas saat balon mendarat dan pecah ke benda lain.
Cara ini akan menjadi murah kalau dibuat dalam skala besar.
*Campur deterjen dan air. Deterjen itu bisa sabun cuci buat baju atau piring.
*Tambahkan sodium hidroksida dan larutan indikator secukupnya. Agar warna terlihat jelas, campur lebih banyak larutan indikator.
*Setiap liter larutan balon membutuhkan 1 – 1/2 sampai 2 sendok teh phenolphthalein (warna merah) atau thymolphthalein (warna biru).
*Tambahkan sodium hidroksida sampai larutan terlihat berwarna (sekitar setengah sendok teh). Sedikit lebih banyak sodium hidroksida akan membuat warna lebih bertahan lama.
*Sebagai tambahan encerkan dahulu larutan indikator dengan alkohol sebelum dicampur dengan larutan sabun. Sekaligus juga masukkan sodium hidroksida. Bisa juga membuat balon-balon sabun itu terus berwarna sebelum mendarat.
Saat balon itu mendarat dan pecah, warna akan hilang. Buzz! Caranya adalah dengan menambahkan sedikit minuman soda.
*Kalau punya tinta yang bisa hilang, bisa ditambahkan kedalam larutan sabun.

http://masakecildulu.wordpress.com/2009/12/07/bermain-balon-sabun-yuk/

2. Berikut adalah langkah-langkah dasar bagaimana menciptakan gelembung sabun besar.
Bahan :sabun, mangkuk, air, sendok dan opsional penebalan bahan.
Tuangkan cuci piring cair atau sampo bayi ke dalam mangkuk dan
tambahkan air.
Tambahkan pengental opsional seperti gliserin, gula, atau sirup jagung.
Aduk larutan dengan lembut sampai isinya benar-benar tercampur.
setelah gelembung jadi maka buat lah gelembung sesuai kreatifitasmu dan bersenang-senang lah

Berikut adalah Gelembung Indah ciptaan Samsam Bubbleman Ia
memulai hobinya pada tahun 1989, dan telah tumbuh menjadi ahli
gelembung paling terkemuka di negara nya.



Copas dari kaskus

3. sabun cair, sampo, deterjen, atau sabun mandi daya rekatnya kurang bagus untuk membuat balon air !!!!

cara paling mudah dengan sabun colek dilarutkan dengan air sampai tercampur habis lalu dicampur dengan getah dari daun bunga sepatu yg sudah ditumbuk halus (keluar getahnya).

kawat O nya yg bagus dililit dengan benang wol, harus padat jangan jarang2.

Copas Yahoo answer


Sabtu, 04 Juni 2011

Efek Rumah Kaca, Apa Itu?


Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil yang berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi selama beratus-ratus milliar tahun lamanya. Dalam jangka waktu satu atau dua abab ini, senyawa karbon ini dieksploitasi dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak semua karbon dioksida berada di atmosfir (sebagian darinya larut di laut dan danau, sebagian juga diubah menjadi bebatuan dalam wujud karbonat kalsium dan magnesium), tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar CO2 di atmosfir perlahan-lahan meningkat tiap tahun dan terus meningkat dekade-dekade terakhir.
Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus melepaskan energi setara dengan energi yang diterima. Energi diperoleh dari matahari yang sebagian besar dalam bentuk cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2 di atmosfer memperbolehkan sinar tampak untuk lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi. Tetapi energi yang kemudian dilepaskan (dipancarkan) oleh permukaan bumi sebagian besar berada dalam bentuk infra merah, bukan cahaya sinar tampak, yang oleh karenanya disearap oleh atmosfer CO2. Sekali molekul CO2 menyerap energi dari sinar infra merah, energi ini tidak disimpan melainkan dilepaskan kembali ke segala arah, memancarkan balik ke permukaan bumi. Sebagai konsekuensinya, atmosfer CO2 tidak menghambat energi matahari untuk mencapai bumi, tetapi menghambat sebagian energi untuk kembali ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut dengan efek rumah kaca.
Kita mungkin menduga adanya peningkatan bertahap dari temperatur rata-rata permukaan bumi atau pemanasan global, sebagai akibat dari bertambahnya kadar CO2 tiap tahunnya. Sesungguhnya, tidak diperlukan peningkatan yang tinggi dari temperatur rata-rata untuk mengakibatkan perubahaan pada cuaca bumi. Peningkatan 4 derajat celcius cukup untuk sebagian besar antartik mencair dan berakibat tenggelamnya beberapa negara-negara pantai di seluruh dunia. Tetapi apakah sesungguhnya temperatur rata-rata terus meningkat? Hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata bumi meningkat, 0.6 derajat celcius, dari tahun 1880 sampai 1940, lalu kembali menurun, kurang lebih 0.3 derajat celcius, dari tahun 1940 sampai 1975, walaupun konsentrasi dari CO2 pada atmosfer terus meningkat pada masa itu. Sejak tahun 1975 temperatur bumi kembali meningkat secara perlahan-lahan. Pada dasarnya, sampai saat ini kita tidak memastikan seberapa jauh efek rumah kaca berdampak pada perubahan cuaca bumi. Ada banyak faktor yang terlibat didalamnya, dan penelitian terus berlanjut.




Tes psikopat


Silahkan mencoba.....
Ini adalah test psikologis.......
Jika anda menjawab dengan tepat, maka kemungkinan besar anda adalah 
seorang psikopat.


Ini adalah cerita seorang gadis. Pada saat ada di upacara pemakaman ibunya, 
dia bertemu dengan seorang laki-laki yang belum dia kenal sebelumnya. 
Dia sungguh tertarik dengan lelaki ini. 
Lelaki ini adalah pria idaman yang selalu dia impikan. Dia langsung jatuh cinta dengannya.


Beberapa hari setelahnya, gadis ini membunuh kakak perempuan kandungnya.


PERTANYAAN: Apa motif pembunuhan ini?


Pikirkanlah jawabannya baik2. kalau anda sudah mendapatkan jawabannya
silahkan sorot dengan mouse (highlight) kotak hijau di bawah ini


Gadis ini berharap bahwa lelaki idamannya akan muncul lagi
di pemakaman kakak perempuannya


Jika jawaban anda benar, besar kemungkinan anda adalah seorang psikopat.





Tes ini dibuat oleh seorang psikolog Amerika yang terkenal. Tes diberikan untuk mengetahi apakah seseorang memiliki mentalitas sebagai seorang pembunuh. Banyak narapidana kasus pembunuhan disuruh menjawab tes ini, dan jawabannya benar.


Psikopat apa itu?



Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Maksudnya, psikopat adalah suatu gejala kelainan yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat. Namun, istilah psikopat yang sudah sangat dikenal masyarakat justru tidak ditemukan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV. Artinya, psikopat tidak tercantum dalam daftar penyakit, gangguan atau kelainan jiwa di lingkungan ahli kedokteran jiwa Amerika Serikat. Psikopat dalam kedokteran jiwa masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial. Selain psikopatik, ada gangguan antisosial, asosial, dan amoral yang masuk dalam klasifikasi gangguan kepribadian dissosial tadi.


Psikopat tak sama dengan skizofrenia, karena seorang psikopat sadar penuh atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya sering kali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian, sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena 80%-nya lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa. Pengidapnya juga sukar disembuhkan. Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, pelaku bunuh diri, dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20% dari total jumlah psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, memesona, punya daya tarik luar biasa dan menyenangkan.

TEORI PENYEBAB

Ternyata tidak semua pembunuh adalah psikopat dan tidak semua psikopat pembunuh. Sebenarnya lebih banyak lagi psikopat yang berkeliaran dan hidup di tengah-tengah masyarakat, bukan sebagai pelaku kriminal. Selama ini mungkin tidak disadari psikopat ada di sekitar kita. Apakah dia tetangga, teman kerja atau bahkan pasangan serta anggota keluarga. Penyimpangan perilaku itu adalah sikap egois, tidak pernah mengakui kesalahan bahkan selalu mengulangi kesalahan, tidak memiliki empati, dan tidak punya hati nurani. Bila itu semua ada, kecurigaan adanya psikopat layak diberikan.


Penelitian menunjukkan bahwa psikopat berkaitan dengan genetik, gangguan fungsi otak, dan lingkungan. Mengingat dampak yang terjadi sangat besar dan berbahaya, maka harus diupayakan tindakan pencegahannya. Namun, pencegahan lebih sulit dilakukan karena faktor penyebab psikopat sendiri hingga saat ini masih belum dapat diungkapkan secara jelas. Karenanya, tindak pencegahan optimal yang dapat dilakukan sejauh ini adalah sebatas mengenali faktor risiko sejak dini.

Berbagai teori dikemukakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kemungkinan penyebab kepribadian psikopat. Di antaranya teori kelainan struktural otak seperti penurunan intensitas bagian otak di daerah prefrontal grey matter dan penurunan volume otak di bagian posterior hippocampal dan peningkatan intensitas otak bagian callosal white matter. Teori lain adalah gangguan metabolisme serotonin, gangguan fungsi otak dan genetik yang diduga ikut menciptakan karakter monster seorang psikopat.


Mungkin saja tidak ditemukan kerusakan otak pada seorang yang menunjukkan gejala psikopatik, melainkan terdapat anomali dalam caranya memproses informasi. Hal ini pernah dibuktikan dalam penelitian menggunakan MRI melalui pengenalan gambar-gambar kasus bunuh diri yang tidak menyeramkan. Pada orang nonpsikopat terlihat banyak sekali aktivasi di amigdala (suatu area di otak), sedangkan pada psikopat tidak tampak perbedaan sama sekali. Peningkatan aktivitas otak psikopat terjadi di area lain pada otak yaitu area ekstra-limbik. Tampaknya psikopat menganalisis materi emosional di area otak tersebut.


Tidak mudah mendiagnosis psikopat. Namun, ada tiga ciri utama yang biasanya melekat pada seorang psikopat, yakni egosentris, tidak punya empati, dan tidak pernah menyesal. Lebih jauh, ada sepuluh karakter spesifik psikopat. Di antaranya, tidak memiliki empati, emosi dangkal, manipulatif, pembohong, egosentris, pintar bicara, toleransi yang rendah pada rasa frustrasi, membangun relasi yang singkat dan episodik, gaya hidup parasitik, dan melanggar norma sosial yang persisten.


DETEKSI DINI

Selain ada anomali di otak, faktor genetik dan lingkungan juga berperan besar melahirkan karakter psikopat. Ciri psikopat sebenarnya bisa dideteksi sejak kanak-kanak melalui berbagai perilaku yang tidak biasa. Perilaku antisosial pada anak-anak ternyata merupakan warisan genetik.


Bila faktor genetik berpengaruh, maka gangguan perilaku psikopat dapat diminimalkan sejak usia anak. Langkah awal yang mungkin dilakukan adalah melakukan deteksi dini faktor risiko dan gangguan perilaku pada anak. Karena faktor genetik adalah faktor yang diturunkan, maka faktor orangtua juga harus menjadi perhatian. Artinya, jika salah satu orangtua menunjukkan gejala psikopat, maka anak akan berpotensi mempunyai risiko yang mengalami hal yang sama. Beberapa gejala psikopat itu adalah:


1. Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Bagi psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan. Mereka juga tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.


2. Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat sering kali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Sering kali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.


3. Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respons fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar. Karena itu psikopat sering kali disebut dengan istilah "dingin".


4. Egosentris dan menganggap dirinya hebat.


5. Tidak punya rasa sesal, rasa berdosa, dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya, ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.


6. Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.


7. Kurang empati. Bagi psikopat, memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.


8. Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.


9. Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.


10. Tidak bertanggung jawab atas kewajiban.


11. Tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri.


12. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.


13. Sikap antisosial di usia dewasa.


14. Persuasif dan memesona di permukaan.


15. Butuh stimulasi atau gampang bosan. .


16. Emosi dangkal.


17. Buruknya pengendalian perilaku.


18. Longgarnya perilaku seksual.


19. Masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun).


20. Tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis.


21. Pernikahan jangka pendek yang berulang.


22. Terlibat kenakalan di masa remaja.


23. Melanggar norma.


24. Terlibat keragaman kriminal.


Memang, diagnosis gejala psikopat pada anak sampai saat ini masih sangat sulit ditegakkan karena belum ada alat diagnosis yang dapat digunakan. Namun, pengamatan terhadap anak-anak dalam rentang usia 6–13 tahun bisa mulai dilakukan, sebab beberapa penyimpangan perilaku pada mereka harus diketahui dan dikenali orangtua sejak dini. Beberapa faktor risiko yang harus dicermati, adalah sebagai berikut:

1. Sering berbohong. Jika ketahuan berbohong, ia tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.


2. Impulsif dan sulit mengendalikan diri; emosi tinggi, tantrum, dan agresif. Mudah terpicu amarahnya oleh hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.


3. Tidak memiliki respons fisiologis yang normal seperti rasa takut yang ditandai tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar bila melakukan kesalahan yang besar dan fatal.

4. Emosi dangkal; saat sedih dan gembira ekspresinya tidak terlalu kelihatan.

5. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah, sering menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.


6. Senang melakukan pelanggaran dan peraturan keluarga atau sekolah.


7. Kurang empati terhadap perasaan keluarga dan teman sepermainan.

8. Agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.


PENCEGAHAN DINI

Mengingat faktor penyebab psikopat masih belum terungkap jelas, maka penanganan yang dilakukan memang tidak bisa optimal. Pengobatan dan rehabilitasi psikopat saat ini baru dalam tahap kompleksitas pemahaman gejala. Terapi yang paling mungkin adalah tanpa obat seperti konseling. Namun melihat kompleksitas masalahnya, terapi psikopat bisa dikatakan sulit bahkan tidak mungkin. Seorang psikopat tidak merasa ada yang salah dengan dirinya sehingga memintanya datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Yang bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah psikopat agar tidak menjadi pelaku kriminal.

Beberapa penelitian menyebutkan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh. Lingkungan tersebut bisa berupa fisik, biologis, dan sosial. Faktor lingkungan fisik dan sosial yang berisiko mengembangkan seorang psikopat menjadi kriminal adalah tekanan ekonomi yang buruk, perlakuan kasar dan keras sejak usia anak, penelantaran anak, perceraian orangtua, kesibukan orangtua, faktor pemberian nutrisi tertentu, dan kehidupan keluarga yang tidak mematuhi etika hukum, agama dan sosial. Lingkungan yang berisiko lainnya adalah hidup di tengah masyarakat yang dekat dengan perbuatan kriminal seperti pembunuhan, penyiksaan, kekerasan, dan lain sebagainya.


Sedangkan lingkungan biologis yang berpengaruh terhadap tindak kriminal yang saat ini banyak diteliti adalah pola makan. Penelitian yang dilakukan Peter C., dan kawan-kawan pada 1997 mendapatkan hasil yang cukup mengejutkan. Ternyata terdapat kaitan antara diet, alergi makanan, intoleransi makanan dan perilaku kriminal di usia muda. Hal ini akan menjadi informasi dan fakta ilmiah yang menarik dan sangat penting. Meskipun demikian masih belum dapat dijelaskan mengapa beberapa faktor tersebut berkaitan. Yang jelas, terdapat beberapa faktor risiko untuk terjadi tindak kekerasan dan kriminal yang berawal dari agresivitas, emosi, impulsivitas, hiperaktivitas, gangguan tidur, dan sebagainya. Ternyata banyak faktor risiko tersebut juga terjadi pada penderita alergi dan intoleransi makanan. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak.


Akibat gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, impulsivitas, hingga memperberat gejala autisma dan ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder). Penelitan lanjutan dari riset ini sangat dibutuhkan dan akan menjadi sangat penting, khususnya bagi penderita psikopat yang berisiko menjadi pelaku kriminal.

Seandainya pada anak terdapat faktor genetik dan terdapat beberapa perilaku tersebut, orangtua harus waspada. Karena itu, yang paling penting adalah lingkungan keluarga yang sehat dan harmonis. Sebaliknya, keluarga yang dibangun penuh kekerasan, anak yang ditolak orangtuanya dan diperlakukan kejam adalah lingkungan yang memicu terbentuknya seorang "monster manusia" atau psikopat lainnya. Meskipun hanya sebagian kecil saja kelompok psikopat yang berurusan dengan kriminalitas, tetapi tetap saja mereka merupakan racun dan sampah masyarakat.


Jika deteksi dini gangguan perilaku dilakukan dengan baik, ditunjang kehidupan keluarga yang baik dan harmonis maka idealnya seorang psikopat tidak akan berubah menjadi pelaku kriminal. Hal ini sangat penting diupayakan agar tak sampai mengakibatkan kehidupan yang kelam bagi masa depan anak. Ingat, faktor genetik, gangguan fungsi otak, dan lingkungan dapat saling memengaruhi.